Sejarah kepemimpinan Rosulullah Muhammad
SAW.
Didalam
sejarahnya Nabi Muhammad diceritakan sebagai manusia yang taat beribadah kepada
Allah, dan beliau selalu bersikap baik terhadap semua orang. Baik kepada
istrinya, sahabat sahabatnya, dan seluruh umat manusia. Dari perilaku
Rosulullah seperti ini bisa digambarkan bahwa Rosulullah adalah orang yang
sabar, lembut, murah hati, mudah memaafkan, jujur, dan menjaga kehormatan diri
atau yang sering disebut dengan ‘Iffah, dapat dipercaya, zuhud, dan
tawadhu’.
Dalam hal
ini beliau telah menunjukkan teladan kepada kita semua, dengan sikap beliau
yang kita praktekkan dalam memperlakukan sesamanya. Rasulullah adalah sosok
yang mampu menguasai hati dan jiwa para sahabat, sehingga kecintaan mereka
terhadap beliau jauh melebihi kecintaan mereka terhadap yang lain. Rasulullah
tidak pernah membeda-bedakan dalam brbuat kebaikan.
Selain itu
Rosulullah juga dikenal dengan sosok yang sangat ramah dan mulia, beliau selalu
memuliakan orang yang datang kepadanya dan selalu bersikap ramah. Inilah yang
membuat semua orang suka dengan Nabi Muhammad dan nyaman apabila bersama dengan
beliau.
Didalam
surau An-Naml, 27:16 telah diceritakan pada suatu ketika Rosulullah pernah
diundang dalam sebuah acara sahabatnya, disana beliau dijamu dengan Dabb (hewan
melata sejenis kadal) yang dibakar, namun ia tidak mencicipinya juga tidak
melarangnya. Dalam taqrir nabi, ini digambarkan bahwa Rosulullah
mengijinkan umat islam untuk memakan Dabb. Inilah salah satu perilaku
baik Rosulullah, beliau tidak pernah menyela satu makanan sekalipun. Jika
beliau menyukai salah satu makanan, maka beliau akan memakannya dan apabila tidak
menyukainya maka Rosululullahpun tidak akan memakannya.
Selain itu, Telah
dikutip dalam buku Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2008 hal
295) “bahwa ketika Nabi Muhammad bermusyawarah dengan seluruh umat islam untuk
melakukan perang uhud, beliau memberikan pendapat bagaimana jika dalam
menghadapi perang uhud seluruh umat islam tetap berada dalam kota dan kaum
kafir quraisy juga tetap berada diluar kota. Dan apabila kaum quraisy mencoba
untuk menyerbu kota, penduduk kota akan lebih mampu mengalahkan mereka.
Pendapat Rosulullah ini akhirnya disetujui atau didukung oleh seorang
sahabatnya yaitu Abdullah Bin Ubai Bin Salul. Beliau mengatakan pada Rosulullah
bahwa dulu ketika ia akan bertempur di kota ini, maka yang menjadi banteng
utama dipintu kota adalah para perempuan dan anak anak. Mereka sengaja
dibeakali dengan batu untuk melempari setiap kaum kafir quraisy yang akan
menyerbu. Sementara yang laki laki akan menghadapi mereka di jalan jalan dengan
pedang. Beliau meyakinkan Rosulullah bahwa cara ini adalah cara terbaik yang
sering ia lakukan. Dan pada akhirnya Rosulullah pun menyetujui pendapat
Abdullah Bin Ubai Bin Sahal.”
Dari sejarah
Nabi Muhammad yang telah diceritakan diatas, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok
pemimpin democratic yang ditunjukkan melalui sikapnya dalam menentukan strategi
untuk menghadapi perang uhud yaitu dengan bermusyawarah. Dalam bermusyawarah,
beliau menampung semua pendapat dari sahabat-sahabatnya tanpa mencacatnya,
kemudian merundingkannya bersama-sama mana yang terbaik. Karena dengan cara
ini, Rosulullah akan mendapatkan strategi yang bagus untuk menghadapi kaum
kafir quraisy dalam perang uhud.
Dalam hal ini telah dijelaskan Gaya Demokratis menurut Teori Lewin dalam buku Kepemimpinan
mengefektifkan Organisasi (Hadari
Nawawi, 2003) bahwa Tipe kepemimpinan demokratis menempatkan
manusia sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan
dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Filsafat
demokratis yang mendasari pandangan tipe dan semua gaya kepemimpinan ini adalah
pengakuan dan penerimaan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki harkat
dan martabat yang mulian dengan hak asasi yang sama. Dengan filsafat demokratis tersebut diimplementasikan
nilai-nilai demokratis didalam kepemimpinan,yang terdiri dari :
a.
Mengakui dan
menghargai manusia sebgai makhluk individual, yang memiliki perbedaan kemampuan
antara yang satu dengan yang lain, tidak terkecuali di antara para anggota di
lingkungan sebuah organisasi
b.
Memberikan hak
dan kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai makhluk sosial dalam
mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui prestasi masing-masing di
lingkungan organisasinya sebagai masyarakat kecil
c.
Memberikan hak
dan kesempatan yang sama pada setiap individu untuk mengembangkan kemampuannya
yang berbeda antara yang satu dengan yang laindengan menghormati
nilai-nilai/norma-norma yang mengaturnya sebagai makhluk normatif di lingkunngan organisasi masing-masing
d.
Menumbuhkan dan
mengembangkan kehidupan bersama dalam kebersamaan melalui kerjasama yang saling
mengakui, menghargai dan menghormati kelebihan dan kekeurangan setiap individu
sebagai anggota organisasi
e.
Memberikan
perlakuan yang sama pada setiap individu sebgai angoota organisasi untuk maju
dan mengembangkan diri dalam persaingan yang fair atau sehat(jujur dan sportif)
f.
Memikulkan
kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menggunakan hak masing-masing
untuk mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis.[1]
Nilai-nilai demokratis itu dalam kepemimpinan tampak dari
kebijakan pemimpin yang orientasinya pada hubungan manusiawi, berupa perlakuan
yang sama dan tidak membeda-bedakan anggota organisasi atas dasar warna kulit,
ras, agama, status sosila dan ekonomi.
Dari sini kami mengambil kesimpulan
bahwasannya kepemimpinan Nabi Muhammad sama dengan teori behavioural yang
demokrasi. Beliau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan sangat
menghargai pendapat orang lain. Dalam kepemimpinanya beliau selalu memberikan
hak dan kesempatan yang sama kepada setiap orang yang ingin mengutarakan
pendapatnya. Karena dengan begitu, kewajiban dan tanggung jawab bukan hanya milik Rosululullah akan tetapi
milik bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Husain,
Muhammad Haikal. Sejarah Hidup Muhammad. 2008. PT. Mitra Kertajaya Indonesia: Jakarta.
Nawawi,
hadari. Kepemimpinan mengefektifkan organisasi.
2003. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
[1] Nawawi,
hadari. Kepemimpinan mengefektifkan
organisasi. 2003. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Hal 133-134
Tidak ada komentar:
Posting Komentar