Rabu, 01 April 2015

Sejarah Kepemimpinan Rosulullah

Sejarah kepemimpinan Rosulullah Muhammad SAW.
Didalam sejarahnya Nabi Muhammad diceritakan sebagai manusia yang taat beribadah kepada Allah, dan beliau selalu bersikap baik terhadap semua orang. Baik kepada istrinya, sahabat sahabatnya, dan seluruh umat manusia. Dari perilaku Rosulullah seperti ini bisa digambarkan bahwa Rosulullah adalah orang yang sabar, lembut, murah hati, mudah memaafkan, jujur, dan menjaga kehormatan diri atau yang sering disebut dengan ‘Iffah, dapat dipercaya, zuhud, dan tawadhu’.
Dalam hal ini beliau telah menunjukkan teladan kepada kita semua, dengan sikap beliau yang kita praktekkan dalam memperlakukan sesamanya. Rasulullah adalah sosok yang mampu menguasai hati dan jiwa para sahabat, sehingga kecintaan mereka terhadap beliau jauh melebihi kecintaan mereka terhadap yang lain. Rasulullah tidak pernah membeda-bedakan dalam brbuat kebaikan.
Selain itu Rosulullah juga dikenal dengan sosok yang sangat ramah dan mulia, beliau selalu memuliakan orang yang datang kepadanya dan selalu bersikap ramah. Inilah yang membuat semua orang suka dengan Nabi Muhammad dan nyaman apabila bersama dengan beliau.
Didalam surau An-Naml, 27:16 telah diceritakan pada suatu ketika Rosulullah pernah diundang dalam sebuah acara sahabatnya, disana beliau dijamu dengan Dabb (hewan melata sejenis kadal) yang dibakar, namun ia tidak mencicipinya juga tidak melarangnya. Dalam taqrir nabi, ini digambarkan bahwa Rosulullah mengijinkan umat islam untuk memakan Dabb. Inilah salah satu perilaku baik Rosulullah, beliau tidak pernah menyela satu makanan sekalipun. Jika beliau menyukai salah satu makanan, maka beliau akan memakannya dan apabila tidak menyukainya maka Rosululullahpun tidak akan memakannya.
Selain itu, Telah dikutip dalam buku Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2008 hal 295) “bahwa ketika Nabi Muhammad bermusyawarah dengan seluruh umat islam untuk melakukan perang uhud, beliau memberikan pendapat bagaimana jika dalam menghadapi perang uhud seluruh umat islam tetap berada dalam kota dan kaum kafir quraisy juga tetap berada diluar kota. Dan apabila kaum quraisy mencoba untuk menyerbu kota, penduduk kota akan lebih mampu mengalahkan mereka. Pendapat Rosulullah ini akhirnya disetujui atau didukung oleh seorang sahabatnya yaitu Abdullah Bin Ubai Bin Salul. Beliau mengatakan pada Rosulullah bahwa dulu ketika ia akan bertempur di kota ini, maka yang menjadi banteng utama dipintu kota adalah para perempuan dan anak anak. Mereka sengaja dibeakali dengan batu untuk melempari setiap kaum kafir quraisy yang akan menyerbu. Sementara yang laki laki akan menghadapi mereka di jalan jalan dengan pedang. Beliau meyakinkan Rosulullah bahwa cara ini adalah cara terbaik yang sering ia lakukan. Dan pada akhirnya Rosulullah pun menyetujui pendapat Abdullah Bin Ubai Bin Sahal.”
Dari sejarah Nabi Muhammad yang telah diceritakan diatas, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok pemimpin democratic yang ditunjukkan melalui sikapnya dalam menentukan strategi untuk menghadapi perang uhud yaitu dengan bermusyawarah. Dalam bermusyawarah, beliau menampung semua pendapat dari sahabat-sahabatnya tanpa mencacatnya, kemudian merundingkannya bersama-sama mana yang terbaik. Karena dengan cara ini, Rosulullah akan mendapatkan strategi yang bagus untuk menghadapi kaum kafir quraisy dalam perang uhud.
Dalam hal ini telah dijelaskan Gaya Demokratis menurut Teori Lewin dalam buku  Kepemimpinan mengefektifkan Organisasi (Hadari Nawawi, 2003) bahwa Tipe kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Filsafat demokratis yang mendasari pandangan tipe dan semua gaya kepemimpinan ini adalah pengakuan dan penerimaan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki harkat dan martabat yang mulian dengan hak asasi yang sama. Dengan filsafat demokratis tersebut diimplementasikan nilai-nilai demokratis didalam kepemimpinan,yang terdiri dari :
a.       Mengakui dan menghargai manusia sebgai makhluk individual, yang memiliki perbedaan kemampuan antara yang satu dengan yang lain, tidak terkecuali di antara para anggota di lingkungan sebuah organisasi
b.      Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai makhluk sosial dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui prestasi masing-masing di lingkungan organisasinya sebagai masyarakat kecil
c.       Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu untuk mengembangkan kemampuannya yang berbeda antara yang satu dengan yang laindengan menghormati nilai-nilai/norma-norma yang mengaturnya sebagai makhluk normatif  di lingkunngan organisasi masing-masing
d.      Menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan bersama dalam kebersamaan melalui kerjasama yang saling mengakui, menghargai dan menghormati kelebihan dan kekeurangan setiap individu sebagai anggota organisasi
e.       Memberikan perlakuan yang sama pada setiap individu sebgai angoota organisasi untuk maju dan mengembangkan diri dalam persaingan yang fair atau sehat(jujur dan sportif)
f.       Memikulkan kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menggunakan hak masing-masing untuk mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis.[1]

Nilai-nilai demokratis itu dalam kepemimpinan tampak dari kebijakan pemimpin yang orientasinya pada hubungan manusiawi, berupa perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan anggota organisasi atas dasar warna kulit, ras, agama, status sosila dan ekonomi.
Dari sini kami mengambil kesimpulan bahwasannya kepemimpinan Nabi Muhammad sama dengan teori behavioural yang demokrasi. Beliau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan sangat menghargai pendapat orang lain. Dalam kepemimpinanya beliau selalu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada setiap orang yang ingin mengutarakan pendapatnya. Karena dengan begitu, kewajiban dan tanggung jawab bukan hanya milik Rosululullah akan tetapi milik bersama.





DAFTAR PUSTAKA
Husain, Muhammad Haikal. Sejarah Hidup Muhammad. 2008. PT. Mitra Kertajaya Indonesia:  Jakarta.
  Nawawi, hadari. Kepemimpinan mengefektifkan organisasi. 2003. Gajah Mada University  Press: Yogyakarta.





[1] Nawawi, hadari. Kepemimpinan mengefektifkan organisasi. 2003. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Hal 133-134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar