Rabu, 01 April 2015

Analisis The Devil's Wears Prada

ANALISA FILM THE DEVIL WEARS PRADA
“ Tugas ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Kepemimpinan



 
Dosen Pengampu :
Dra. Imas Maesaroh, Dip,I.M.Lib.,Ph,D.
Disusun oleh :
Syafa’atus Sholihah (B74213065)

JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014

Cerita singkat The Devil Wears Prada
Dalam sebuah film “The Devil Wears Prada” Andrea Andy Sachs (Anne Hathaway) atau yang biasa dipanggil Andy diceritakan sebagai sosok yang fresh graduate dari Northwesten University dan ia bercita-cita menjadi seorang jurnalis. Namun ia sudah melamar kesana-kemari tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Setelah sekian lama ia berusaha akhirnya ia mendapat panggilan kerja di sebuah majalah fashion Runway, Runway sendiri dibawah manajemen Ellias-Carlke publication. Disana ia bekerja sebagai asisten kedua (second assistant), Miranda Priestly (Merlyn Streep). Miranda adalah seorang Senior Editor yang sudah dianggap Legend di perusahaan Runway.
Pada saat awal ia bekerja, ia sangat stres. Ia melakukan hal yang diluar batas seorang asisten seharusnya. Asisten yang biasanya hanya mengankat telepon, mengatur jadwal bos dan mengetik sesuatu kini ia harus berlari-lari. Entah mengantarkan anak Miranda ke sekolah, membelikan kopi, mengambil potongan sampel baju, Membawa mobilnya ke bengkel dan semacamnya. Ia juga dilarang untuk ke kamar mandi. Makan siang juga cuma 15 menit. Sangat ketat sekali peraturan di Runway sampai ia hanya bisa istirahat hari sabtu-minggu.
Andy juga di pandang sinis atau lebih tepatnya dipandang sebelah mata oleh first assistant, Emily Charlton, karena gaya berpakaiannya yang tak fashionable. Bajunya murahan dan tak punya rasa fashion.
Sampai suatu ketika Andy dihadapkan pada situasi buruk. Ia dituntut Miranda untuk mengantarkan Miranda ke New York hanya untuk melihat konser kedua putrinya dengan cara apapun dikarenakan pesawatnya gagal berangkat sebab cuaca buruk. Andy berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan pesawat untuk Miranda pulang tetapi tak ada satupun perjalanan pesawat dikarenakan tornado hebat. Konyolnya Miranda mengatakan bahwa cuacanya cuma rintik-rintik.
Karena Andy tak bisa melaksanakan tugasnya, ia di caci habis-habisan oleh Miranda. Keesokan harinya meskipun dengan nada slow dan tidak membentak tetapi sangat menghujam sekali Miranda mengatakan tentang kekesalannya terhadap Andy hingga Andy menangis. Saat itulah Andy sadar, ada sesuatu yang ia tak punya sehingga bosnya selalu menyalahkannya atas semua tindakannya. Rasa Fashion. Ia secara tidak langsung dipandang sebelah mata oleh Miranda karena ia selalu berpakaian jelek dan cenderung apa adanya dan tidak stylish sama sekali. Lalu ia pun ditolong oleh seorang Nigel (Stanley Tucci). Ia memberikan baju-baju sample model untuk Andy. Ia pun memakainya dalam bekerja. Setelah itu segala pekerjaan yang dibuatnya membuat Miranda sedikit terkesan. Ia mulai tidak sering memarahi Andy.
Suatu hari Andy membuat kesalahan besar dalam melaksanakan pekerjaannya. Saat ia ditugaskan mengembalikan buku dan jas Miranda tanpa terlihat oleh siapapun, ia gagal. Miranda yang marah dan tak mau melihat Andy lagi memberikan Andy pekerjaan yang mustahil bagi dia. Miranda meminta Andy membawakannya manuscript novel Harry Potter yang belum terbit dalam waktu 3 jam. Dalam kedepresiannya ia tertolong oleh sosok Christian Thompson(Simon Baker). Ia mempunyai script Harry Potter selanjutnya yang belum terbit dan segera andy membuat copy dari manuscript tersebut.
Setelah tugas itu, berturut-turut Andy bekerja dengan baik. Tugas-tugas yang diberikannya pun dikerjakannya dengan sempurna. Kini pekerjaan yang biasa dilakukan Andy (Menyimpan tas, mengambilkan barang ini itu dan membeli kopi dilakukan oleh Emily). Puncaknya Miranda, mengajak Andy untuk ikut fashion show Summer Fall di Paris yang awalnya ditujukan pada Emily namun kini beralih ke Andy. Saat Andy ingin memberitahu Emily tentang hal itu. Emily mendapat musibah. Ia tertabrak mobil dan kini di rumah sakit.
Andy sekarang berubah, ia lebih sering bergaul dengan jurnalis, para designer dan para model terkenal. Nate (Adrian Grenier) yang juga pacar Andy memutuskan untuk putus sebelum Andy berangkat ke paris.
Sesampainya di Paris, ia mendapat kabar dari Christian bahwa Miranda akan digantikan oleh seorang editor terkenal dari Paris. Ia berusaha untuk memperingatkan Miranda. Ternyata Miranda sudah tahu dan menyiapkan suatu rencana yang bisa dibilang licik tetapi harus dilakukan untuk karirnya seterusnya.
Ending dari film ini, Andy keluar dari Runway dan ia memberikan koleksi baju parisnya pada Emily. Dan Emily memberikan suatu wejangan bagi Next Emily di sampingnya. "Kamu memiliki sepatu yang besar untuk di isi" yang artinya kurang lebih Ia harus bekerja sebaik dan seperti sepatu pendahulunya atau orang yang bekerja sebelumnya di tempat tersebut yaitu Andy. Nate dan Andrea berbaikan kembali, tetapi mereka harus menghadapi hubungan jarak jauh karena Nate diterima sebagai sous-chef di sebuah restoran terkenal di Boston. Andrea pun mendapatkan pekerjaan baru sebagai reporter sebuah surat kabar di New York, pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang selama ini disukainya. Ia juga kembali ke penampilannya semula, yang biasa-biasa saja. Miranda sendiri bagaimana? Yah, dia masih tetap menjadi BOS di Runway dan melakukan pekerjaannya seperti biasa.

Dari ulasan film Devil Wears Prada diatas, saya berpendapat bahwa Miranda adalah sosok pemimpin yang cenderung bersikap otokratik  yang mana ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan intruksi- intruksinya harus ditaati. Apabila instruksinya tidak di taati maka ia akan sangat marah pada bawahannya. Hal ini ditunjukkan dengan sikap Miranda yang cenderung menyuruh bawahannya seenaknya saja tanpa memperdulikan situasi dan kondisi Andy dan tanpa ingin tahu apa pendapat dari Andy sendiri. Tapi selain Miranda bersikap otoriter, Miranda juga pernah memberikan hadiah kepada Andy dengan mengajak Andy mengikuti acara fashion show Summer Fall di Paris yang awalnya ditujukan pada Emily namun akhirnya beralih ke Andy. Hal ini terjadi karena Andy secara berangsur angsur telah berubah menjadi sosok yang lebih memperhatikan fashion daripada sebelumnya dan karena Andy adalah bawahan yang sangat loyal terhadap atasannya, Miranda. Meskipun terkadang sebenarnya ia tidak mampu melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Miranda. Hal inilah yang akhirnya mengubah keputusan Miranda yang awalnya ingin mengajak Emily ke Paris. Sikap Miranda ini terkait dengan Teori Transaksional yang mana jika seorang bawahan bisa bersikap loyal terhadap pemimpinnya maka pemimpin akan memberikan reward atau upah sebagai gantinya.
Dalam hal ini telah di jelaskan Gaya Kepemimpinan Transaksional dalam buku Leadrship untuk professional dan mahasiswa (Tikno Iensufiie, 2010) bahwa Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang bersifat kontraktual antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin membutuhkan pengikut dan menawarkan sesuatu sebagai penukar loyalitas pengikut. Pengikut mau bekerja sama dikarenakan ada hal hal yang ia kejar sebagai reward. Sementara itu, yang dikerjakan mungkin bukan tujuan pribadinya, melainkan merupakan tujuan sang pemimpin.
Didalam kepemimpinan transksional, terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
·         Unsur kerja sama antara pengikut dan pemimpin yang bersifat kontraktual
·         Unsur prestasi yang terukur
·         Unsur reward atau upah yang dipertukarkan dengan loyalitas.
Dibandingkan dengan kepemimpinan trasformasional, banyak yang menganggap pola kepemimpinan transaksional ini terasa sedikit mengandung unsur jual beli dan merupakan sesuatu yang bernuansa komersial, namun sesungguhnya tidaklah demikian, kepemimpinan transaksional haruslah dipandang dari sisi ilmu dan sudut pandang intelektual yang netral.
Kepemimpinan trasaksional sebenarnya tidak selalu terkait dengan uang didalam hubungan kontraktualnya. Meskipun ada ciri reward yang dimaksud tidaklah selalu berupa uang atau hal-hal komersial semata.
System kepemimpinan transaksional juga memudahkan system manajemen modern. Dimana tidak harus anak dari pemilik perusahaan yang melanjutkan kepemimpinan perusahaan didalam oleh orang tuanya. Keuntungan dari system ini adalah bahwa sang anak bisa memilih untuk meneruskan usaha ayahnya atau menyerahkan usaha tersebut untuk dikelola oleh orang yang professional dan membuat bisnis yang lain tanpa kehlangan haknya atas perusahaan sang ayah.
Kepemimpina transaksional memiliki dua faktor:
1.        Contingent reward (reward atau hadiah yang diberikan atau yang dijanjikan)
Continguent reward merupakan suatu value atau nilai yang dijanjikan kepada pengikut. Hal itu bisa berupa apa saja yang dipertukarkan dengan apa yang bisa diberikan oleh pengikut. Continguent reward dapat berupa upah, gaji, kedudukan, ilmu, atau apapun yang dianggap berharga oleh pengikut, sebagai bayaran dari loyalist dan pengikutannya
2.        Management by Exception-MbE (Manajemen yang memisahkan kesalahan)
a)        MbE-A: Management by Exceeption Active
Dlam manajemen ini, serang asisten aktif mencari atau menangkap kesalahan-kesalahan yang terjadi didalam divisinya, untuk kemudian diperbaiki secara terus menerus.
b)        MbE-P: Management b Exception Passive.
Didalam manajemen ini, seorang atasan hanya memberikan standar-standar tertentu untuk diraih oleh pelaksana atau anak buahnya, atasan ini kemudian memberikan penilaian dengan atau tanpa mengkomunikasikannya dengan  si pelaksana. Hasil penelitian tersebutlah yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan baik atau tidaknya kinerja dari si anak buah tersebut.

Nilai nilai Otokratik itu dalam kepemimpinan tampak dalam kekuasaan yang hanya terkonsentrasi pada satu pemimpin. Yang dimana pemimpin tersebut cenderung melakukan penekanan kekuasaan pada bawahan-bawahannya tanpa perduli dan tanpa melihat derajat kebebasan individu. Sedangkan jika di kaitkan dengan transaksional sendiri, dalam kepemimpinanya akan selalu memberikan reward pada bawahannya yang loyal sebagai imbal balik dan ke-loyal-an tersebutlah yang dijadikan ukuran prestasi bawahan.

Disini saya mengambil kesimpulan bahwasannya kepemimpinan Miranda Priestly sama dengan Teori Transaksional-Otokratik. Miranda sangat tegas sekaligus menuntut setiap bawahannya untuk mengikuti semua perintahnya, entah itu perintah yang bersifat pribadi maupun yang berhubungan dengan kantor. Atau bisa dikatakan bahwa Miranda kurang professional dalam memperlakukan asisten asistennya. Akan tetapi Miranda juga akan memberikan reward kepada setiap bawahannya apabila bawahannya mau bersikap loyal dan trust kepada pemimpinnya apapun situasi dan kondisinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar