Rabu, 01 April 2015

Perbedaan Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional

TUGAS KEPEMIMPINAN
Perbedaan Kepemimpina Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kepemimpinan


Dosen pembimbing:
Drs. Imas Maesaroh, Dip,I.M.Lib.,Ph,D.
Oleh :
Syafa’atus Sholihah
(B74213065)
JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
Kepemimpinan Transformasional.
Kepemimpinan Transformasional memiliki pengertian kepemimpinan yang bertujuan untuk perubahan. Sesuai dengan natur kepemimpinan yaitu adanya pergerakan untuk mencapai tujuan, maka tujuan yang dimaksud disini adalah perubahan. Perubahan yang diasumsikan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik, menantang status quo, dan aktif.
Kepemimpinan Transformasional memiliki empat faktor yang bisa disebut 41, yaitu:
·         Karisma dan idealisme (idealize influence)- yang dimiliki pemimpin
·         Motivasi inspirasional (inspirational motivation)- dari pemimpin kepada pengikut
·         Stimulasi intelektual(intellectual motivation)-dari pemimpin kepada pengikut
·         Perhatian pada individu (individualized consideration)- dari pemimpin agar pengikutnya bertumbuh
Istilah Transformational Leadership dimunculkan pertama kali tahun 1973 oleh Downton. Kemudian James McGrefor Burns, seorang sosiolog politik, menulis dalam buku leadership di tahun 1978 bahwa seorang pemimpin menangkap motivasi para pengikutnya dengan tujuan untuk mencapai tujuan bersama. Burns membedakan antara kepemimpinan dengan pemaksaan, karena adanya keinginan dan pengikut yang juga harus dipenuhi.
Pemimpin pemimpin transaksional mengklarfikasikan peran dan persyaratan-persyaratan tugas pada bawahan, mengawali strktur, memberikan penghargaan penghargan yang sepantasnya, dan berusaha untuk penuh perhatian dan mkemenuhi kebutuhan para bawahan. Kemampuan pemimpin transaksional untuk memuaskan para bawahan dapat meningkatkan produktivitas. Pemimpin transaksional unggul dalam fungsi-fungsi manajeman, mereka adalah pemimpin-pemimpin yang suka bekerja keras, toleran, dan adil. Mereka berusaha mempertahankan segalanya berjalan dengan lancer dan efisien. Pemimpin-pemimpin transaksional sering menekankan aspek-aspek kinerja yang tidak menunjuk pada seseorang, seperti rencana, jadwal, dan anggaran. Mereka memiliki rasa komitmen terhadap organisasi dan menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai organisasional. Kepemimpinan transaksional penting bagi semua organisasi, tetapi mengawali perubahan membutuhkan pendekatan yang berada.
Ciri kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan Transformasional memiliki cirri memperhatikan perkembangan dan perubahan prestasi dari para pengikutnya, apakah menjadi semakin baik menurut criteria organisasi atau tidak.
Pemimpin membangun kepercayaan serta mendukung pengikut untuk mengekspresikan segenap potensi yang ada do dalam dirinya. Tujuan  yang hendak dicapai antara pemimpin dan pengikut dan atau mirip, dan berjalan dengan sinkron.
ü  Di dalam kepemimpinan Transformasional ada beberapa unsur, yaitu:
Unsur pemimpin
·         Pemimpin memiliki karisma dimata pengikut
·         Pemimpin memiliki visi atau idealisme yang sesuai dengan harapan pengikut
·         Pemimpin mampu memberikan pengaruh kepada pengikut

ü  Unsur Pengikut
·         Pengikut memiliki inspirasi dan dirinya dan memandang pemimpin mampu membawanya untuk mewujudkan inspirasi tersebut
·         Pengikut memiliki motivasi dan pemimpin menangkap motivasi tersebut untuk diarahkan menjadi tujuan bersama
ü  Unsur Kerjasama
·         Didalam melaksanakan pekerjaannya, pemimpin mampu merangsang atau memicu kreatifitas intelektual dari para pengikut
ü  Unsur Keputusan
·         Didalam kerjasama transformasional, pengikut bebas mengambil keputusan dan bukan karena ada tekanan
Komponen penting dalam kepemimpinan transformasional adalah karisma dalam diri pemimpin dimata pengikutnya. Apabila diartikan secara langsung, pemimpin yang berkarisma adalah pemimpin yang dianggap memiliki anugrah dari Tuhan


Kepemimpinan Transfromasional memiliki akar yang sama dengan kepemimpinan karismatik. Berikut ini beberapa definisi dari pemimpin atau Kepemimpinan Karismatik:
a.       Kepemimpinan oleh seseorang yang memi8liki sifat yang baik atau bijak melebihi orang-orang kebanyakan
b.      Pemimpin yang disegani karena dapat dijadikan penutan atas kebaikannya, kesucian hidupnya, kepahlawanannya, dan idealismenya
c.       Pemimpin yang mendapat ilham atau semacam wahyu supernatural
d.      Kepemimpinan yang membawa perubahan besar dalam kehidupan atau mempengaruhi kehidupan para pengikutnya
e.       Kepemimpinan yang mampu menarik perhatian orang banyak karena dirasakan manfaatnya
f.       Kemampuan pemimpin memberikan pertimbangan-pertimbangan yang bijak, inspiratif, dan memberikan rangsangan intelektual bagi para pengikutnya
Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang bersifat kontraktual antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin membutuhkan pengikut dan menawarkan sesuatu sebagai penukar loyalitas pengikut. Pengikut mau bekerja sama dikarenakan ada hal hal yang ia kejar sebagai reward. Sementara itu, yang dikerjakan mungkin bukan tujuan pribadinya, melainkan merupakan tujuan sang pemimpin.
Didalam kepemimpinan transksional, terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
·         Unsur kerja sama antara pengikut dan pemimpin yang bersifat kontraktual
·         Unsur prestasi yang terukur
·         Unsur reward atau upah yang dipertukarkan dengan loyalitas.
Dibandingkan dengan kepemimpinan trasformasional, banyak yang menganggap pola kepemimpinan transaksional ini teras sedikit mengandung unsur jual beli dan merupakan sesuatu yang agak bernuansa komersial, namun sesungguhnya tidaklah demikian, kepemimpinan transaksional haruslah dipandang dari sisi ilmu dan sudut pandang intelektual yang netral. Apabila tidak, kita akan terjebak dalam situasi perdebatan yang tidak perlu tentan motivasi, komersialisme, dan masalah istilah.
Pada kepemimpina transaksional, seorang pemimpin tidak perlu memiliki figure yang sempurna seperti pada kepemimpinan karismatik. Pemimpin tersebut juga tidak perlu memiliki superioritas dalam bidang tertentu, seperti yang terdapat pada kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan trasaksional juga tidak selalu terkait dengan uang didalam hubungan kontraktualnya. Meskipun ada ciri reward yang dimaksud tidaklah selalu berupa uang atau hal-hal komersial semata.
System kepemimpinan transaksional juga memudahkan system manajemen modern. Dimana tidak harus anak dari pemilik perusahaan yang melanjutkan kepemimpinan perusahaan didalam oleh orang tuanya. Keuntungan dari system ini adalah bahwa sang anak bisa memilih untuk meneruskan usaha ayahnya atau menyerahkan usaha tersebut untuk dikelola oleh orang yang professional dan membuat bisnis yang lain tanpa kehlangan haknya atas perusahaan sang ayah.
Kepemimpina transaksional memiliki dua faktor:
1.      Contingent reward (reward atau hadiah yang diberikan atau yang dijanjikan)
Continguent reward merupakan suatu value atau nilai yang dijanjikan kepada pengikut. Hal itu bisa berupa apa saja yang dipertukarkan dengan apa yang bisa diberikan oleh pengikut. Continguent reward dapat berupa upah, gaji, kedudukan, ilmu, atau apapun yang dianggap berharga oleh pengikut, sebagai bayaran dari loyalist dan pengikutannya
2.      Management by Exception-MbE (Manajemen yang memisahkan kesalahan)
a)      MbE-A: Management by Exceeption Active
Dlam manajemen ini, serang asisten aktif mencari atau menangkap kesalahan-kesalahan yang terjadi didalam divisinya, untuk kemudian diperbaiki secara terus menerus.



b)      MbE-P: Management b Exception Passive.
Didalam manajemen ini, seorang atasan hanya memberikan standar-standar tertentu untuk diraih oleh pelaksan atau anak buahnya, atasan ini kemudian memberikan penilaian dengan atau tanpa mengkomunikasikannya dengan  si pelaksana. Hasil penelitian tersebutlah yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan baik atau tidaknya kinerja dari si anak buah tersebut.

















Perbedaan Kepemimpinan Transksional dan Kepemimpinan Transformasional.
Kepemimpinan Transaksional.
1)      Tidak ada ciri fisik untuk kepemimpinan transaksional
2)      Pemimpin mengklarifikasikan peran dan segala persyaratan pada bawahan
3)      Pemimpin memberikan penghargaan terhadap bawahan untuk meningkatkan produktfitas
4)      Pemimpin lebih unggul dalam hal manajemen
5)      Pemimpin suka bekerja keras, toleran, dan adil
6)      Pemimpn bersifat kontraktual, yaitu pemimpin bekerja sama dengan bawahan
7)      Reward yang ditukarikan pemimpin dengan loyalitas
8)      Seorang pemimpin tidak perlu memiliki figure yang sempurna
9)      Sistem kepemimpinan transaksional lebih memudahkan system manajemen modern
Kepemimpinan Transformasional.
1)      Pemimpin memiliki ciri karisma dan idealis di mata bawahan yang harus terus dijaga
2)      Pemimpin sebagai motivasi inspirasional. Ini dilakukan oleh seorang pemimpin pada bawahannya
3)      Pemimpin cenderung lebih perhatian pada individu (bawahan)
4)      Pemimpn mampu memberikan pengaruh pada bawahan
5)      Pemimpin lebih memperhatikan perkembangan dan perubahan prestasi dari para bawahannya
6)      Pemimpin bertugas sebagai pembangun kepercayaan bawahan serta mendukungnya secara penuh untuk mengekspresikan segenap potensi yang dimiliki oleh bawahannya
7)      Pemimpin bersifat inovasi dan perubahan dengan menghargai kebutuhan dan perhatian para bawahan
8)      Pemimpin bersikap lebih akrab terhadap bawahan dengan membantu mereka menyelesaikan tugas-tugas mereka
9)      Pemimpin mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam diri para bawahannya dan dalam organisasi tersebut
10)  Seorang pemimpin perlu memiliki superioritas dalam bidang tertentu

11)  Pemimpin lebih focus pada kualitas yang tidak nyata, seperti visi, nilai-nilai, dll

Penelitian Perubahan dalam Keseimbangan Pasar

Perubahan Keseimbangan Pasar di Usaha Krupuk Rumahan
“Bapak Suprapto”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Ekonomi Mikro”


Dosen Pembimbing :
Bambang Subandi, M.Ag.
Disusun Oleh :
Novi Ratna Sari                  B04213021
Syafa’atus Sholihah           B74213065

JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
PERUBAHAN KESEIMBANGAN PASAR DI USAHA KRUPUK RUMAHAN
“BAPAK SUPRAPTO”

Pendahuluan
Cabai rawit mencekik rakyat Surabaya. Pada bulan Juli 2013 harga cabai rawit di Surabaya naik seratus persen. Hal ini membuat para pedagang kewalahan. Kurangnya pasokan barang komoditas termasuk cabai rawit di pasar yang tidak sebanding dengan permintaannya ini menimbulkan kenaikan harga. Para pedagang maupun pembeli pun mengeluhkan hal ini.
Pedagang di Pasar Wonokromo mengaku jika cuaca yang tidak stabil membuat petani belum panen, sehingga pasokannya anjlok. Naiknya ongkos BBM juga menjadi penyebab mahalnya harga cabai rawit. Permintaan cabai rawit yang tinggi sementara cabai rawit yang ditawarkan rendah ini, menimbulkan perubahan dalam keseimbangan pasar. Karena terjadinya pergeseran antara permintaan dan penawaran.
Keseimbangan pasar yang berubah ini diakibatkan oleh faktor harga dan kurangnya pasokan barang. Kami akan melakukan penelitian di usaha krupuk rumahan ”Bapak Suprapto”. Objeknya adalah bagaimana permintaan dan penawaran terhadap krupuk ”Bapak Suprapto” yang mengalami pergeseran dalam penawaran dan permintaannya. Serta faktor–faktor apa saja selain harga dan pasokan barang yang dapat mempengaruhi hal tersebut. Dipilihnya usaha krupuk ini, karena krupuk merupakan salah satu camilan yang sering dan banyak diminati oleh seluruh kalangan masyarakat, baik kalangan atas, menengah mapun bawah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat  menyebabkan perubahan keseimbangan pasar. Juga bagaimanakah keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh dari adanya perubahan keseimbangan pasar ini.




Landasan Teori
A.      Keseimbangan Pasar
            Keseimbangan adalah posisi dimana jumlah penawaran dan permintaan sama dalam suatu harga tertentu . Pada dasarnya, setiap konsumen menginginkan harga suatu barang yang akan mereka beli itu turun. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yakni semakin rendah harga suatu barang maka semakin besar jumlah permintaan terhadap barang tersebut dan sebaliknya. Berbeda dari sisi produsen yang menginginkan harga barang yang mereka jual naik. Sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa jika harga naik, maka semakin besar jumlah penawaran terhadap suatu barang. Dua keinginan ini saling bertolak belakang, karena satu pihak menginginkan harga turun, dan pihak lain menginginkan hal yang sebaliknya. Jika keduanya dipertemukan maka akan didapat titik tengah yang disebut titik keseimbangan (equilibrium). Equilibrium merupakan titik dimana akan didapat jumlah dan harga Keseimbangan (harga pasar) yang disepakati oleh konsumen maupun produsen[1]. Keseimbangan pasar (market equilibrium) akan tercapai jika jumlah produk yang diminta dan yang ditawarkan sama dengan harga produk yang diminta pembeli, karena telah terjadi kesepakatan mengenai harga dan jumlah produk[2].

1.      Pergesaran Keseimbangan Pasar
            Keseimbangan pasar berubah sebagai akibat dari pergeseran dalam kurva penawaran dan kurva permintaan (Sarnowo dan Sunyoto, 2013: 38)[3]. Keseimbangan pasar dapat berubah akibat pergeseran kurva penawaran atau permintaan. Kurva penawaran atau permintaan dapat bergeser ke kiri atau ke kanan akibat terjadinya perubahan ke atas faktor- faktor lain selain harga (Bangun, 2010: 31)[4]. Faktor tersebut antara lain teknologi yang digunakan, kenaikan pendapatan masyarakat, pajak dan subsidi dari pemerintah.

B.       Penawaran
            Pengertian penawaran menurut ahli ekonomi adalah suatu daftar yang menunjukkan jumlah-jumlah barang itu yang ditawarkan untuk dijual pada berbagai tingkat harga dalam suatu pasar pada suatu waktu tertentu. Penawaran adalah suatu daftar yang menunjukkan jumlah-jumlah barang itu yang ditawarkan untuk dijual pada pelbagai tingkat harga dalam suatu pasar pada suatu waktu tertentu (Rosyidi, 2005: 332)[5].
            Hukum penawaran menyatakan bahwa jika harga barang per unit mengalami peningkatan akan berpengaruh pada jumlah barang yang ditawarkan atau disediakan lebih banyak. Sebaliknya jika harga jual barang per unit turun dari semula produsen berpengaruh untuk mengurangi jumlah barang yang ditawarkan atau disediakan (Sarnowo dan Sunyoto, 2013: 18)[6].

1.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran
            Adapun faktor-faktor yang memengaruhi jumlah penawaran oleh produsen yaitu:[7]
Ø  Harga barang itu sendiri
Ø  Harga barang lain sejenis
Ø  Biaya produksi
Ø  Teknologi
Ø  Pajak
Ø  Iklim
Ø  Tujuan produksi

2.      Kurva Penawaran
            Hubungan antara harga dan jumlah penawaran ke atas suatu barang dapat dilihat melalui suatu kurva yaitu kurva penawaran. Kurva penawaran (supply curve) adalah suatu kurva atau garis yang menggambarakan hubungan antara harga dengan jumlah penawaran ke atas suatu barang. Sebagai ciri dari kurva penawaran antara lain, turun dari kanan atas ke kiri bawah, dan berslop positif. Perubahan (naik/turun) harga searah dengan perubahan (berkurang/bertambah) jumlah penawaran ke atas suatu barang (Bangun, 2010: 24)[8]. Dalam buku Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro (Sarwono dan Sunyoto, 2013) dikatakan bahwa kurva penawaran (supply curve) menunjukkan jumlah barang yang produsen bersedia menjual dengan harga yang akan diterimanya di pasar, dengan mempertahankan setiap faktor yang memengaruhi jumlah penawaran agar tetap. Jumlah penawaran dapat bergantung kepada variabel-variabel lain di samping harga. Sebagai contoh jumlah barang yang bersedia dijual produsen tidak hanya tergantung dari harga yang diterimanya, tetapi juga dari biaya produksi, termasuk upah, beban bunga dan harga bahan baku. Kurva penawaran menggambarkan nilai-nilai tertentu dari variabel-variabel tersebut. Suatu perubahan dari salah satu atau lebih nilai variabel akan mengakibatkan pergeseran dalam kurva penawaran tersebut.

3.      Pergeseran Kurva Penawaran
            Pergeseran kurva penawaran itu sama artinya dengan perubahan penawaran. Sedangkan perubahan penawaran itu sendiri mengandung dua pengertian, yaitu perubahan meningkat (increase in supply) dan perubahan menurun (decrease in supply), yang masing-masing memiliki dua pengertian pula, sebagai berikut. (Rosyidi, 2005: 342-343)[9].
            Maksud meningkatnya penawaran adalah:
a.       Pada setiap harga tertentu, akan akan ditawarkan jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang ditawarkan sebelumnya.
b.      Suatu jumlah tertentu akan ditawarkan pada tingkat harga yang lebih rendah dari pada tingkat harga sebelumnya.
Sebaliknya, yang dimaksudkan dengan turunnya penawaran adalah :
a.       Pada suatu tingkat harga tertentu akan ditawarkan jumlah output yang lebih sedikit dari pada jumlah yang ditawarkan sebelumnya.
b.      Suatu tingkat output tertentu akan ditawarkan pada tingkat harga yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.
            Perubahan atau pergeseran kurva penawaran itu terjadi karena telah berubahnya faktor-faktor yang menghubungkan kurva penawaran itu dengan harga maupun jumlah yang ditawarkan. Adapun faktor-faktor yang dimaksudkan itu adalah (Rosyidi, 2005: 338)[10] :
a.       Jumlah pedagang
b.      Harga faktor produksi
c.       Harga barang alternatif
d.      Harapan pada pedagang (produsen) terhadap harga-harga mendatang
e.       Perubahan teknologi


C.    Permintaan
            Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta oleh konsumen kepada produsen pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga, pendapatan dan periode tertentu (Sarnowo dan Sunyoto, 2013: 1)[11]. Pengertian lain menyebutkan bahwa permintaan adalah keinginan seseorang untuk membeli suatu produk yang disertai dengan kemampuan dan kesediaannya untuk memebeli barang tersebut (Rosyidi, 2002)[12]. Permintaan suatu barang berkaitan dengan jumlah permintaan ke atas suatu barang pada tingkat harga tertentu. Pada umunya semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah permintaan ke atas suatu barang tersebut. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah permintaan ke atas barang tersebut, apabila faktor lain tidak berpengaruh (cateris paribus)[13].
1.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
            Secara periode permintaan dari seorang individu atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh antara lain harga barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, selera dan ramalan di masa yang akan datang, dan harga barang lain atau subtitusi. Analisis teori permintaan memfokuskan hubungan antara permintaan dan perubahan harga, sedangkan faktor lainnya dianggap tetap (ceteris paribus). Berdasarkan teori ini ditetapkan suatu aturan yang berlaku secara teoritis mengenai permintaan yang disebut hukum permintaan[14]. Berikut penjelasan faktor-faktor tersebut :
1.      Harga Barang itu Sendiri
Artinya jika harga barang naik maka permintaan terhadap barang semakin berkurang, demikian sebaliknya (hukum permintaan).
2.      Harga Barang Lain (Barang Subtitusi dan Barang Komplementer)
Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang lain yang ada kaitannya seperti barang dapat saling menggantikan (subtitusi) dan barang yang saling melengkapi (komplementer).
3.      Tingkat Pendapatan Konsumen
Pendapatan konsumen (sebagai pembeli) merupakan faktor yang sangat penting di dalam menentukan permintaan terhadap berbagai jenis barang. Bila pendapatan konsumen meningkat, berarti daya beli juga meningkat. Atinya pendapatan per kapita yang didistribusikan secara baik atau merata menambah jumlah permintaan akan barang.
4.      Jumlah Penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah maka semakin besar pula permintaan barang di daerah tersebut.
5.      Selera Konsumen
Artinya selera konsumen juga dapat mempengaruhi permintaan akan barang. Misalnya, setelah ditemukan alat komunikasi berupa telepon seluler, selera orang beralih dari telepon rumah ke telepon selular sehingga permintaan akan jenis telepon tersebut semakin meningkat.
6.      Perkiraan Harga di Masa yang Akan Datang
Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh terhadap jumlah permintaan ke atas suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga ke atas suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan ke atas barang itu akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan pada saat sekarang akan berkurang.
7.      Tingkat Kebutuhan terhadap Suatu Macam Barang (intensitas kebutuhan)
Kebutuhan barang pokok, seperti pangan, papan, dan sandang di daerah bencana (seperti di Nangroe Aceh Darussalam dan Pangandaran, Jawa barat) sangat mendesak sehingga tingkat permintaan akan kebutuhan pangan, papan, dan sandang sangat besar dibandingkan di daerah lainnya.
8.      Usaha-usaha Produsen Meningkatkan Penjualan
Artinya untuk meningkatkan penjualan produsen dapat melakukan usaha-usaha promosi, pemberian diskon, pemberian hadiah, memasang iklan dan sebagainya.

2.      Kurva Permintaan
            Kurva permintaan mempunyai kemiringan negatif artinya apabila harga meningkat, jumlah permintaan berkurang, dan sebaliknya apabila harga turun, permintaannya bertambah. Ada kasus lain bahwa kemiringan kurva permintaan nol, artinya permintaan dapat berubah-ubah walaupun harga tetap. Kasus lain pula kemiringan kurva permintaan tidak terhingga, yang artinya harga dapat berubah-ubah tetapi permintaannya tetap (Sarnowo dan Sunyoto, 2013: 4)[15].
            Kurva permintaan (demand curve) adalah suatu kurva atau garis yang menghubungkan antara harga dengan jumlah permintaan ke atas suatu barang. Sebagai ciri dari kurva permintaan antara lain, garis tersebut turun dari kiri atas ke kanan bawah, dan berslop negatif yang menggambarkan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan secara terbalik. Apabila harga naik maka jumlah permintaan ke atas suatu barang akan berkurang, dan sebaliknya. (Bangun, 2010: 17)[16].
                       
3.      Pergeseran Kurva Permintaan
            Kurva permintaan dapat bergeser ke kiri atau ke kanan. Pergeseran tersebut dapat terjadi disebabkan perubahan terhadap permintaan ke atas suatu barang yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga dari barang itu sendiri (Bangun, 2010: 23)[17]. Faktor-faktor lain selain perubahan harga barang itu sendiri yang dapat menyebabkan perubahan kurva permintaan misalnya gengsi (prestige) terhadap suatu produk, semakin tinggi gengsi yang ditawarkan oleh produk tersebut, maka akan semakin tinggi pula permintaan yang dihasilkan begitu pula sebaliknya apabila gengsi yang ditawarkan oleh produk tersebut semakin rendah (Rianto dan Amalia, 2010: 48-49)[18].Berikut beberapa sebab yang membuat permintaan dapat bergeser[19] :
a.       Tingkat pendapatan per kapita masyarakat
b.      Cita rasa atau selera konsumen terhadap barang itu
c.       Harga barang lain, terutama barang pelengkap dan barang pengganti.
d.      Harapan atau perkiraan konsumen terhadap harga barang yang bersangkutan.



D.    Biaya Produksi
            Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk faktor-faktor produksi. Yang termasuk dalam faktor-faktor produksi tersebut adalah (Sarnowo dan Sunyoto, 2013: 100-103)[20] :
ü  Biaya tenaga kerja
Bagi akuntan, pengeluaran untuk tenaga kerja merupakan biaya umum dan karena itu merupakan biaya produksi. Bagi para ekonomi, tenaga kerja merupakan biaya eksplisit. Jasa-jasa pekerja dibeli dengan suatu tarif upah per jam dan dapat diasumsikan bahwa inilah jumlah yang akan diperoleh para pekerja menurut alternatif  penggunaan tenaga kerja mereka yang terbaik.
ü  Biaya modal
Para akuntan dalam menghitung biaya modal menggunakan harga historis dari mesin tertentu dan menerapkan suatu kaidah penyusutan yang hampir berubah-ubah untuk menentukan berapa dari harga pembelian mesin itu yang akan dibebankan pada biaya umum. Namun para ekonom telah menganggap biaya implisit dari sebuah mesin sebagai jumlah yang mau dibayarkan orang lain untuk penggunaannya. Jadi biaya satu jam mesin adalah tarif sewa mesin itu menurut alternatif penggunaannya yang terbaik. Dengan terus-menerus menggunakan mesin itu secara implisit perusahaan mengorbankan sewa yang mau dibayarkan orang lain untuk penggunaan mesin tersebut.
ü  Biaya pengusaha dan laba ekonomis
Banyak di antara apa yang disebut laba oleh para akuntan akan disebut pendapatan pengusaha oleh ahli ekonomi. Laba adalah suatu pembayaran bagi pemilik perusahaan dan menurut ahli ekonomi bagian dari pembayaran dikeluarkan si pemilik untuk tetap dapat menjalankan usaha tertentu adalah biaya perusahaan tersebut. Laba ekonomi menurut ahli ekonomi adalah sebagai besarnya pendapatan pengusaha melebihi kapasitas pendapatan dari kemampuan pengusaha tersebut kalau melakukan kerja yang lain.




E.     Hasil Penelitian
            Pada hari Sabtu tanggal 26 April 2014 jam 14.00 kami melakukan wawancara di rumah bapak Suprapto tentang produksi krupuk yang selama ini ia geluti. Dibawah ini adalah hasil wawancara kelompok kami dengan bapak Suprapto:
Kami                      : Berapa penawaran krupuk anda untuk sekali produksi ?
  Bapak Suprapto     : Sekitar 30kg.
Kami                      : Berapa krupuk yang diminta konsumen untuk sekali pemasaran ?
Bapak Suprapto     : Tidak tentu, biasanya tergantung sama warung-warung dan masyarakat, terkadang dalam satu hari krupuknya belum habis, jadi ya permintaan dari konsumen tergantung sama habis atau tidaknya krupuk. Tapi biasanya setiap kali pengiriman itu saya bisa menghabiskan sekitar 50 ikat krupuk yang setiap satu ikatnya ada 10 plastik krupuk.
Kami                      : Apa penyebab kenaikan dan penurunan ongkos produksi ?
Bapak Suprapto     : Penyebabnya adalah karena harga bahan pokok dari pabrik tidak tentu. Kadang mengalami kenaikan, kadang stabil. Juga karena permintaan masyarakat yang tidak terduga.
Kami                      : Alat apa saja yang digunakan untuk memproduksi krupuk ?
Bapak Suprapto     : Saya menggunakan alat-alat tradisional saja, seperti bahan bakar penggorengan krupuk yang masih menggunakan bahan bakar kayu. Tidak menggunakan gas LPG. Dan untuk menutup plastik yang sudah terisi krupuk juga saya menggunakan damar oblek, bukan mesin pres .
Kami                      : Jika upah masyarakat berubah, berapa jumlah pemintaan krupuk anda ?
Bapak Suprapto     : Kalau upah masyarakat menurun, otomatis permintaan terhadap produksi krupuk juga ikut menurun karena krupuk hanyalah sebagai camilan, bukan makanan pokok. Jadi tidak terlalu diminati ketika upah menurun. Tapi ketika upah masyarakat naik, permintaan pun juga ikut naik.
Kami                      : Apa hubungan musim panas dan musim hujan pada produksi krupuk anda ?
Bapak Suprapt       : Ketika musim panas, permintaan pada produksi krupuk menurun. Mungkin karena seleranya yang kurang pada musim panas. Tapi kalau musim panas, kita bisa memproduksi krupuk banyak karena adanya sinar matahari yang bisa membantu pengeringan bahan pokok. Sedangkan pada musim hujan permintaan pada produksi krupuk cenderung meningkat, akan tetapi kita kesulitan memproduksinya karena kurang adanya sinar matahari untuk pengeringan bahan baku.
Kami                      : Berapa prosentase kenaikan atau penurunan harga barang mentah yang biasa terjadi dari pabrik ?
Bapak Suprapto     : Prosentase kenaikannya tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 3% saja, yang harga awalnya Rp.12.000 menjadi Rp.12.500.
Kami                      : Cara apa yang anda gunakan untuk membuat masyarakat tertarik dengan krupuk anda ?
Bapak Suprapto     : Dalam penggorengan krupuk, saya memiliki cara tersendiri agar krupuk yang saya produksi rasanya lebih gurih dan enak. Saya mencampurkan bawang putih yang sudah di blender dengan bahan mentah, kemudian saya keringkan terlebih dahulu, baru saya goreng. Dan saya juga memberikan fasilitas pengantaran krupuk secara gratis jika ada yang membeli dalam jumlah yang banyak.
Kami                      : Berapa biaya yang anda butuhkan untuk membeli bahan baku ?
Bapak Suprapto    : Untuk sekali produksi saya bisa menghabiskan modal sebesar Rp.330.000 untuk bahan bakunya saja.
Kami                      : Berapa biaya yang dikeluarkan untuk alat (pendukung) produksi krupuk anda ?
Bapak Suprapto     : Rp.214.000 untuk sekali produksi, dengan rincian: Minyak Goreng Rp.110.000, Minyak tanah 6.000, Plastik Rp.70.000, Tali rafia Rp.4.000, Kayu bakar Rp.11.000, korek api Rp.2.000, Bawang putih Rp.11.000.
Kami                      : Berapa tenaga kerja yang anda pekerjakan ?
Bapak Suprapto     : Saya mengambil tenaga kerja dari keluarga saya sendiri. Yaitu empat orang dengan saya. Saya sendiri, istri saya,, anak saya, dan keponakan saya.
Kami                      : Berapa upah yang anda keluarkan untuk setiap tenaga kerja ?
Bapak Suprapto     : Upah yang saya keluarkan untuk tenaga kerja Rp.15.000 – Rp.20.000 per harinya.
Kami                      : Berapa laba yang anda peroleh sekali produksi ?
Bapak Suprapto     : Laba yang saya peroleh dalam sekali produksi adalah sebesar Rp.213.000.
Kami                      : Berapa pendapatan maksimal anda ?
Bapak Suprapto     : Pendapatan maksimal saya sekitar Rp. 840.000[21].
Dari hasil wawancara diatas kami mencoba untuk menjabarkan menjadi serangkaian penelitian.
1.      Apa penyebab terjadinya perubahan keseimbangan pasar di usaha krupuk rumahan bapak Suprapto ?
            Usaha krupuk rumahan “Bapak Suprapto” merupakan usaha yang didirikan sejak tahun 2007 silam. Sebenarnya usaha ini merupakan usaha turun temurun dari mertua bapak Suprapto sendiri, barulah kemudian bapak Suprapto mulai mengembangkannya pada tahun 2007.
            Jika dulu sebelum bapak Suprapto mengambil alih produksi krupuk ini, mertuanya hanya menjajakan satu macam krupuk saja. Maka sekarang bapak Suprapto mampu menjajakan krupuknya hingga lima macam krupuk. Karena pada saat mertua bapak Suprapto menjajakan krupuknya, belum banyak masyarakat yang berminat. Tapi kini masyarakat sekitar mulai tertarik dengan krupuk walau hanya sebagai bahan camilan atau sekedar pelengkap makanan pokok saja. Awalnya usaha yang mulai dikembangkan bapak Suprapto ini menjajakan tiga macam produk krupuk. Tapi setelah melihat minat masyarakat terhadap krupuk yang semakin banyak, kini produk yang dihasilkan bapak Suprapto menjadi lima macam krupuk. Sehingga dalam sekali produksi, usaha ini dapat menawarkan produknya hingga tiga puluh kilo atau bahkan lebih.
            Selain banyaknya pilihan krupuk yang dijajakan bapak Suprapto yang alhasil menarik banyak pelanggan, bapak Suprapto juga memliki cara tersendiri untuk menarik minat pelanggan dalam menjajakan krupuknya, bukan dengan cara mengemas krupuk secantik mungkin melainkan dengan memberikan fasilitas pengantaran krupuk secara gratis dalam pembelian dengan jumlah banyak. Bapak Suprapto juga memiliki resep tersendiri dalam penggorengan krupuknya agar terasa lebih gurih dan enak yaitu mencampurkan bawang putih yang sudah diblender dengan bahan mentah, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari dan yang terakhir dilakukan penggorengan. Dengan itu rasa krupuk produksi bapak Suprapto akan terasa berbeda dengan  krupuk yang diproduksi oleh orang lain.
            Dalam prosesnya, bapak Suprapto masih menggunakan alat-alat tradisional untuk  memproduksi krupuknya. Seperti pada saat penggorengan krupuk bahan mentah, bapak Suprapto tidak menggunakan gas dan LPG melainkan menggunakan bahan bakar kayu biasa. Bahan bakar kayu ini ia peroleh dari pohon yang ada disekitar sungai, bapak Suprapto sengaja memilih memakai bahan bakar kayu agar pengeluaran ongkos produksi bisa diminimalis, meski terkadang bapak Suprapto masih sering membeli kayu bakar jika disekitar sungai sudah tidak ada. Selain itu, dalam merekatkan plastik yang sudah terisi krupuk, bapak Suprapto juga tidak menggunakan alat modern seperti mesin pres, melainkan masih menggunakan damar oblek atau yang sering disebut dengan lampu gas. Karena bapak Suprapto lebih banyak menggunakan alat-alat tradisional, biaya produksinya pun juga cenderung lebih kecil. Sehingga bapak Suprapto bisa mengambil laba yang lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan alat-alat modern yang harganya cenderung lebih mahal.
            Produksi yang diminta konsumen juga tidak tentu. Tergantung krupuk yang ada di warung-warung langganan bapak Suprapto. Apabila di warung tersebut stok krupuknya sudah habis maka bapak Suprapto akan memberikan lagi krupuk yang baru. Selain itu, permintaan konsumen juga bergantung pada individu yang ingin membeli krupuk pada bapak Suprapto langsung. Tapi secara keseluruhan dalam sekali produksi, bapak Suprapto bisa melakukan pengiriman di warung-warung tersebut hingga 50 ikat krupuk yang setiap ikatannya ada 10  plastik krupuk. Hal ini diakibatkan karena tidak stabilnya harga bahan mentah yang sulit untuk diprediksi, dan permintaan dari masyarakat yang sewaktu-waktu bisa mengalami kenaikan ataupun penurunan, kecuali dari konsumen tetap yang memang setiap harinya meminta krupuk. Seperti stok krupuk yang sengaja dititipkan di warung-warung terdekat. Oleh karena itu, ongkos produksi bapak Suprapto bisa saja mengalami kenaikan ataupun penurunan sewaktu waktu. Hal ini secara tidak langsung memaksa bapak Suprapto untuk terus berjaga-jaga jika suatu saat terjadi kenaikan dalam ongkos produksi. Karena jika terjadi kenaikan tiba-tiba atau tidak terduga dalam ongkos produksi, maka bapak Suprapto harus menggunakan uang hasil usaha kemarin. Hal ini bisa dikaitkan dengan kebutuhan tidak terduga yang dimana kebutuhan ini bisa datang secara tiba-tiba dan harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup.
            Kenaikan atau penurunan permintaan pada masyarakat terhadap produksi krupuk bisa terjadi apabila upah masyarakat juga berubah. Jika upah masyarakat menurun, maka permintaan krupuk secara tidak langsung juga ikut menurun. Hal ini disebabkan karena krupuk bukanlah makanan pokok yang selalu dibutuhkan masyarakat, sehingga jika tidak membeli krupuk maka kelangsungan hidup akan tetap berjalan. Dan apabila terjadi kenaikan dalam upah masyarakat, maka permintaan krupuk pun ikut naik, ini bisa terjadi dengan kemungkinan krupuk berperan sebagai bahan subtitusi seperti camilan atau pelengkap makanan pokok seperti nasi. Karena logikanya semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, maka akan semakin tinggi pula kebutuhannya. Contoh dari hal ini adalah apabila masyarakat sudah mencapai upah maksimum kerja, maka seleranya dalam berbagai hal juga akan semakin tinggi pula. Mengikuti kualitas pendapatan yang telah didapatkannya.
            Jika dilihat dari aspek produksinya, terjadi keterkaitan antara musim hujan dan musim panas dengan proses produksi krupuk bapak Suprapto. Hal ini bisa terjadi karena musim hujan dan musim panas ikut berperan aktif dalam proses produksi krupuk. Pada saat musim hujan, bapak Suprapto akan kesulitan untuk menjemur krupuk bahan mentahnya dibawah terik matahari langsung, karena tidak adanya panas. Akan tetapi pada saat musim hujan, permintaan masyarakat terhadap krupuk cenderung naik karena selera masyarakat atau mood yang bagus untuk memakan krupuk sebagai bahan camilan pada saat musim hujan. Dan sebaliknya jika musim panas, bapak Suprapto akan dengan mudah menjemur krupuk bahan mentahnya dibawah terik matahari langsung. Akan tetapi pada saat musim panas, permintaan masyarakat terhadap krupuk cenderung menurun karena selera masyarakat yang kurang ketika musim panas, sehingga produksinya pun berbeda dengan ketika musim hujan. Kesimpulannya adalah bapak Suprapto bisa memproduksi krupuk banyak pada musim panas dengan permintaan masyarakat yang cenderung menurun dan bisa memproduksi krupuk lebih sedikit pada musim hujan dengan permintaan masyarakat yang cenderung lebih tinggi.
            Harga bahan mentah yang diambil langsung dari pabrik pada dasarnya tidak terlalu mahal per kilogramnya, hanya saja pada saat-saat tertentu yang tak terduga, pabrik bisa menaikkan harga bahan pokok atau bahan mentah. Meskipun sebenarnya prosentase kenaikan bahan mentah dari pabrik tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 3% saja. Yang biasanya seharga 12.000 naik menjadi 12.500, akan tetapi jika dikalikan dengan banyaknya bahan mentah yang diambil bapak Suprapto, maka 3% pun yang awalnya kecil akan menjadi kenaikan harga yang lumayan tinggi. Karena seperti yang sudah dijelaskan diawal, bahwa bapak Suprapto bisa memproduksi krupuk hingga 30 kiloan dalam sekali produksi saja. Meskipun kenaikan harga bahan mentah ini jarang terjadi, tapi bapak Suprapto tetap harus berjaga-jaga jika terjadi kenaikan harga bahan pokok sewaktu-waktu. Dibawah ini adalah harga awal bahan mentah per kilogramnya sebelum terjadi kenaikan harga pokok:

Bahan
Harga
Krupuk Putih
Rp.10.000/kg
Krupuk Udang
Rp.13.000/kg
Krupuk Tahu
Rp.10.000/kg
Krupuk Keong
Rp.12.000/kg
Krupuk Puli
Rp.12.000/kg

2.      Bagaimana keuntungan dan kerugian yang diperoleh penjual saat kelangsungan produksi ?
            Untuk memproduksi krupuknya, bapak Suprapto sengaja tidak mengambil tenaga kerja dari luar, Ia hanya mengambil tenaga kerja dari dalam yaitu dari keluarganya sendiri yakni istrinya, anaknya, dan keponakannya. Sehingga ongkos yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pun cenderung lebih kecil yaitu berkisar antara Rp.15.000 – Rp.20.000, itupun hanya diberikan kepada keponakannya saja, sebagai imbalan atas kerjanya. Dengan begitu, bapak Suprapto tidak akan mengeluarkan banyak modal. Tapi bisa mengambil keuntungan yang banyak. Meski sebenarnya laba yang diperoleh hanya bisa dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
            Dalam sekali memproduksi krupuk, bapak Suprapto menghabiskan modal sebesar Rp.330.000 untuk bahan mentahnya saja. Tapi produksinya ini bisa bertahan sekitar tiga sampai empat hari. Setelah itu bapak Suprapto melakukan pembelian bahan mentah lagi. Terkadang produksinya juga tidak tentu, dalam artian tidak selalu Rp.330.000. Seperti yang sudah dijelaskan diawal, ini terjadi karena harga bahan mentah dari pabrik yang cenderung tidak stabil bisa turun dan bisa naik kapan saja.
            Sedangkan biaya untuk alat (pendukung) produksinya, bapak Suprapto bisa menghabiskan modal sebesar Rp.214.000 dalam sekali produksi. Data dibawah ini akan memberikan penjelasan tentang biaya yang dikeluarkan bapak Suprapto untuk alat produksi dalam sekali produksi krupuk:
Alat dan bahan produksi
Harga
Minyak Goreng
Rp. 110.000
Plastik
Rp.   70.000
Kayu Bakar*
Rp.   11.000
Bawang Putih
Rp.   11.000
Minyak Tanah
Rp.     6.000
Tali Rafia
Rp.     4.000
Korek Api
Rp.     2.000
Jumlah
Rp.214.000

Pembelian
Total harga
Bahan mentah krupuk
Rp. 330.000
Alat (pendukung) produksi
Rp. 214.000
Jumlah Total Produksi
Rp. 544.000

Catatan:
*Jika kayu bakar disekitar sungai tidak ada, bapak Suprapto melakukan pembelian  kayu bakar.
            Dalam penjualan krupuknya, bapak Suprapto dapat memperoleh sekitar Rp.840.000 untuk seluruh krupuk. Setelah laba kotor tersebut dikurangi dengan beban usaha, maka laba bersih yang diperoleh bapak Suprapto dalam sekali produksi adalah Rp.296.000. Sebenarnya dengan laba bersih Rp.296.000 bapak Suprapto merasa bahwa laba yang diperolehnya masih kurang. Apabila digunakan untuk memeuhi kebutuhannya, mungkin hanya sekedar cukup saja. Tidak lebih dari cukup, tetapi bapak Suprapto dengan tekun menjalankan bisnis krupuk ini karena  beliau mempunyai keyakinan dan mindset yang besar bahwa suatu saat nanti usaha krupuk rumahannya ini kelak akan menjadi usaha yang besar dan akan diturun temurunkan kepada anak cucunya. Hal inilah yang memicu bapak Suprapto untuk terus semangat, tekun dan ulet menjalan usaha rumahannya hingga bertahun-tahun lamanya. Demikianlah hasil penelitian mengenai usaha krupuk rumahan bapak Suprapto yang kami peroleh setelah selama 3 hari mulai tanggal 25-27 Apri 2013 melakukan penelitian di rumah bapak Suprapto.














F.     Simpulan
            Dari hasil penelitian diatas kami dapat menyimpulkan bahwa perubahan dalam keseimbangan pasar adalah bergesernya kurva permintaan dengan kurva penawaran. Atau tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran dalam pasar. Jika dihubungkan dengan hasil penelitian usaha krupuk produksi rumahan yang selama ini telah digeluti oleh bapak Suprapto, maka penyebab perubahan keseimbangan pasar dalam usaha tersebut adalah:
1.      Harga Bahan Baku
Dimana jika harga bahan bakunya mengalami kenaikan, maka ongkos produksinya pun mengalami kenaikan, dan sebaliknya.
2.      Tingkat Pendapatan Konsumen
Bila pendapatan konsumen meningkat, maka daya beli terhadap produksi krupuk juga meningkat dan jika pendapatan konsumen menurun, maka daya beli konsumen pun akan mengalami penurunan.
3.      Perubahan Musim
Akan mempengaruhi proses produksi krupuk bapak Suprapto. Dimana musim hujan dan musim panas berperan penting dalam proses produksi tersebut.
4.      Biaya produksi
Bila biaya produksi bertambah, dapat mempengaruhi penawaran oleh produsen. Semakin tinggi biaya yang diperlukan maka semakain rendah penawaran yang dapat diberikan oleh produsen kepada konsumen, dan sebaliknya.
5.      Teknologi
Penggunaan teknologi yang efektif dan efisien dapat meminimalisir biaya produksi yang dibutuhkan.
            Sementara itu, keuntungan atau kerugian yang diperoleh bapak Suprapto akibat adanya perubahan keseimbangan tersebut adalah cenderung tidak stabil. Dimana keuntungan dapat diperoleh jika semua krupuknya habis terjual tanpa sisa. Sebaliknya, jika di warung-warung yang ia jajakan krupuk, krupuknya masih tersisa dan sudah tidak gurih lagi untuk dimakan atau sudah tidak renyah lagi, maka yang didapatkan adalah kerugian. Karena, produk yang ia jajakan tidak habis terjual sehingga ia pun tidak mendapatkan keuntungan dari krupuk tersebut. Jadi keuntungan atau kerugian yang didapat bapak Suprapto bergantung pada omset yang didapat dalam penjualan (habis atau tidaknya krupuk yang ia jual) dan perbandingan dari total seluruh produksinya.
DAFTAR PUSTAKA


Bangun, Wilson. 2010. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: PT. Refika Aditama.
Rianto, M. Nur, Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi                           Islam. Jakarta: Kencana.
Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sarnowo, Henry., Danang Sunyoto. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta:                           CAPS.




[1] Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010),hlm.28-29.
[2] Henry Sarnowo dan Danang Sunyoto, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: CAPS, 2013),hlm.32-33.
[3] Ibid., hlm.38.
[4] Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010),hlm.31.
[5] Ibid.,hlm.332.
[6] Henry Sarnowo dan Danang Sunyoto, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: CAPS, 2013),hlm.18.
[7] Ibid.,hlm.19.
[8] Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010),hlm.24.
[9] Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),hlm.342-343.
[10] Ibid., hlm.338.
[11] Henry Sarnowo dan Danang Sunyoto, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: CAPS, 2013),hlm.1.
[12] Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),hlm.291.
[13] Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010),hlm.17.
[14] Henry Sarnowo dan Danang Sunyoto, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: CAPS, 2013),hlm.1-2.
[15] Henry Sarnowo dan Danang Sunyoto, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: CAPS, 2013),hlm.4.
[16] Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010),hlm.17.
[17] Ibid.,hlm.23.
[18] M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.48-49.
[19] Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),hlm.298.
[20] Sarnowo dan Danang Sunyoto, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: CAPS, 2013),hlm.100-103.
[21] Wawancara dilakukan di rumah Bapak Suprapto di daerah Mojosari-Mojokerto pada hari Sabtu, 26 Mei 2014, Jam 14.00.